Kamis, 20 Februari 2014

Bagaimana Cara Shalawat Yang Sesuai Sunnah, Dan Bolehkah Shalawat Diiringi Dengan Rebana?

Pertanyaan.
Ana ingin menanyakan masalah amaliyah yang membingungkan, yaitu masalah shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1. Apakah shalawat ini banyak macamnya?
2. Bagaimana cara mengamalkan shalawat yang benar berdasarkan sunnah Rasulullah? Apakah dilakukan sendiri atau berjama'ah, dengan suara keras atau sirr (pelan)?
3. Bolehkah sambil diiringi rebana (alat musik)?

[Abdullah S.Aga. Kota Kembang, Jawa Barat]

Jawaban.
Alhamdulillah, sebelum menjawab pertanyaan saudara Abdullah S.Aga, kami ingin menyampaikan, bahwa amal ibadah akan diterima oleh Allah jika memenuhi syarat-syarat diterimanya ibadah. Yaitu ibadah itu dilakukan oleh orang yang beriman, dengan ikhlas dan sesuai Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Akan tetapi pada zaman ini, alangkah banyaknya orang yang tidak memperdulikan syarat-syarat di atas. Maka pertanyaan yang saudara ajukan ini merupakan suatu langkah kepedulian terhadap Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberi taufiq kepada kita di atas jalan yang lurus.

Perlu kami sampaikan, bahwasannya shalawat kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Tetapi banyak sekali penyimpangan dan bid'ah yang dilakukan banyak orang seputar shalawat Nabi. Berikut ini jawaban kami terhadap pertanyaan saudara.

1. Shalawat Nabi memang banyak macamnya. Namun secara global dapat dibagi menjadi dua.

a. Shalawat Yang Disyari'atkan.
Yaitu shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bentuk shalawat ini ada beberapa macam. Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab Shifat Shalat Nabi menyebutkan ada tujuh bentuk shalawat dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat hafizhahullah di dalam kitab beliau, Sifat Shalawat & Salam, membawakan delapan riwayat tentang sifat shalawat Nabi.

Di antara bentuk shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

(Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kamaa shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaKa Hamiidum Majid).

Ya, Allah. Berilah (yakni, tambahkanlah) shalawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya, Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. [HR Bukhari, Muslim, dan lainnya. Lihat Shifat Shalat Nabi, hlm. 165-166, karya Al Albani, Maktabah Al Ma'arif].

Dan termasuk shalawat yang disyari'atkan, yaitu shalawat yang biasa diucapkan dan ditulis oleh Salafush Shalih.

Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad hafizhahullah berkata, ”Salafush Shalih, termasuk para ahli hadits, telah biasa menyebut shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut (nama) beliau, dengan dua bentuk yang ringkas, yaitu:

صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (shalallahu 'alaihi wa sallam) dan

عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ ('alaihish shalaatu was salaam).

Alhamdulillah, kedua bentuk ini memenuhi kitab-kitab hadits. Bahkan mereka menulis wasiat-wasiat di dalam karya-karya mereka untuk menjaga hal tersebut dengan bentuk yang sempurna. Yaitu menggabungkan antara shalawat dan permohonan salam atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Fadh-lush Shalah 'Alan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 15, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad]

b. Shalawat Yang Tidak Disyari'atkan.
Yaitu shalawat yang datang dari hadits-hadits dha'if (lemah), sangat dha'if, maudhu' (palsu), atau tidak ada asalnya. Demikian juga shalawat yang dibuat-buat (umumnya oleh Ahli Bid'ah), kemudian mereka tetapkan dengan nama shalawat ini atau shalawat itu. Shalawat seperti ini banyak sekali jumlahnya, bahkan sampai ratusan. Contohnya, berbagai shalawat yang ada dalam kitab Dalailul Khairat Wa Syawariqul Anwar Fi Dzikrish Shalah 'Ala Nabiyil Mukhtar, karya Al Jazuli (wafat th. 854H). Di antara shalawat bid'ah ini ialah shalawat Basyisyiyah, shalawat Nariyah, shalawat Fatih, dan lain-lain. Termasuk musibah, bahwa sebagian shalawat bid'ah itu mengandung kesyirikan. [1]

2. Cara mengamalkan shalawat yang benar berdasarkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:

a. Shalawat yang dibaca adalah shalawat yang disyari'atkan, karena shalawat termasuk dzikir, dan dzikir termasuk ibadah. Bukan shalawat bid'ah, karena seluruh bid'ah adalah kesesatan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Dzikir-dzikir dan do’a-do’a termasuk ibadah-ibadah yang paling utama. Sedangkan ibadah dibangun di atas ittiba' (mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ). Tidak seorangpun berhak men-sunnah-kan dari dzikir-dzikir dan do’a-do’a yang tidak disunnahkan (oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), lalu menjadikannya sebagai kebiasaan yang rutin, dan orang-orang selalu melaksanakannya. Semacam itu termasuk membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak diizinkan Allah. Berbeda dengan do’a, yang kadang-kadang seseorang berdo’a dengannya dan tidak menjadikannya sebagai sunnah (kebiasaan).” [Dinukil dari Fiqhul Ad'iyah Wal Adzkar, 2/49, karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr].

b. Memperbanyak membaca shalawat di setiap waktu dan tempat, terlebih-lebih pada hari jum'ah, atau pada saat disebut nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan lain-lain tempat yang disebutkan di dalam hadits-hadits yang shahih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa memohonkan shalawat atasku sekali, Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. [HR Muslim, no. 408, dari Abu Hurairah].

c. Tidak menentukan jumlah, waktu, tempat, atau cara, yang tidak ditentukan oleh syari'at.
Seperti menentukan waktu sebelum beradzan, saat khathib Jum'at duduk antara dua khutbah, dan lain-lain.

d. Dilakukan sendiri-sendiri, tidak secara berjama'ah.
Karena membaca shalawat termasuk dzikir dan termasuk ibadah, sehingga harus mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sepanjang pengetahuan kami, tidak ada dalil yang membenarkan bershalawat dengan berjama'ah. Karena, jika dilakukan berjama'ah, tentu dibaca dengan keras, dan ini bertentangan dengan adab dzikir yang diperintahkan Allah, yaitu dengan pelan.

e. Dengan suara sirr (pelan), tidak keras.
Karena membaca shalawat termasuk dzikir. Sedangkan di antara adab berdzikir, yaitu dengan suara pelan, kecuali ada dalil yang menunjukkan (harus) diucapkan dengan keras. Allah berfirman,

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [Al A’raf : 205].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Oleh karena itulah Allah berfirman:
وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ (dan dengan tidak mengeraskan suara), demikianlah, dzikir itu disukai tidak dengan seruan yang keras berlebihan.” [Tafsir Ibnu Katsir].

Al Qurthubi rahimahullah berkata,”Ini menunjukkan, bahwa meninggikan suara dalam berdzikir (adalah) terlarang.” [Tafsir Al Qurthubi, 7/355].

Muhammad Ahmad Lauh berkata,”Di antara sifat-sifat dzikir dan shalawat yang disyari'atkan, yaitu tidak dengan keras, tidak mengganggu orang lain, atau mengesankan bahwa (Dzat) yang dituju oleh orang yang berdzikir dengan dzikirnya (berada di tempat) jauh, sehingga untuk sampainya membutuhkan dengan mengeraskan suara.” [Taqdisul Asy-khas Fi Fikrish Shufi, 1/276, karya Muhammad Ahmad Lauh].

Abu Musa Al Asy'ari berkata.

لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَوْ قَالَ لَمَّا تَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ النَّاسُ عَلَى وَادٍ فَرَفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيرِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ وَأَنَا خَلْفَ دَابَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَنِي وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ لِي يَا عَبْدَاللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi atau menuju Khaibar, orang-orang menaiki lembah, lalu mereka meninggikan suara dengan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illa Allah. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Pelanlah, sesungguhnya kamu tidaklah menyeru kepada yang tuli dan yang tidak ada. Sesungguhnya kamu menyeru (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia bersama kamu (dengan ilmuNya, pendengaranNya, penglihatanNya, dan pengawasanNya, Pen.).” Dan saya (Abu Musa) di belakang hewan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mendengar aku mengatakan: Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kemudian beliau bersabda kepadaku,”Wahai, Abdullah bin Qais (Abu Musa).” Aku berkata,”Aku sambut panggilanmu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Maukah aku tunjukkan kepadamu terhadap satu kalimat, yang merupakan simpanan di antara simpanan-simpanan surga?" Aku menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah. Bapakku dan ibuku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda,”Laa haula wa laa quwwata illa billah.” [HR Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704].

3. Membaca shalawat tidak boleh sambil diiringi rebana (alat musik), karena hal ini termasuk bid'ah. Perbuatan ini mirip dengan kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang-orang Shufi. Mereka membaca qasidah-qasidah atau sya'ir-sya'ir yang dinyanyikan dan diringi dengan pukulan stik, rebana, atau semacamnya. Mereka menyebutnya dengan istilah sama' atau taghbiir.

Berikut ini di antara perkataan ulama Ahlus Sunnah yang mengingkari hal tersebut.

Imam Asy Syafi'i berkata,”Di Iraq, aku meninggalkan sesuatu yang dinamakan taghbiir. [2] (Yaitu) perkara baru yang diada-adakan oleh Zanadiqah (orang-orang zindiq ; menyimpang), mereka menghalangi manusia dari Al Qur'an.” [3]

Imam Ahmad ditanya tentang taghbiir, beliau menjawab,”Bid'ah.” [Riwayat Al Khallal. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 163].

Imam Ath Thurthusi, tokoh ulama Malikiyah dari kota Qurthubah (wafat 520 H); beliau ditanya tentang sekelompok orang (yaitu orang-orang Shufi) di suatu tempat yang membaca Al Qur'an, lalu seseorang di antara mereka menyanyikan sya'ir, kemudian mereka menari dan bergoyang. Mereka memukul rebana dan memainkan seruling. Apakah menghadiri mereka itu halal atau tidak? (Ditanya seperti itu) beliau menjawab,”Jalan orang-orang Shufi adalah batil dan sesat. Islam itu hanyalah kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Adapun menari dan pura-pura menampakkan cinta (kepada Allah), maka yang pertama kali mengada-adakan adalah kawan-kawan Samiri (pada zaman Nabi Musa). Yaitu ketika Samiri membuatkan patung anak sapi yang bisa bersuara untuk mereka, lalu mereka datang menari di sekitarnya dan berpura-pura menampakkan cinta (kepada Allah). Tarian itu adalah agama orang-orang kafir dan para penyembah anak sapi. Adapun majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya penuh ketenangan, seolah-olah di atas kepala mereka dihinggapi burung. Maka seharusnya penguasa dan wakil-wakilnya melarang mereka menghadiri masjid-masjid dan lainnya (untuk menyanyi dan menari, Pen). Dan bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidaklah halal menghadiri mereka. Tidak halal membantu mereka melakukan kebatilan. Demikian ini jalan yang ditempuh (Imam) Malik, Asy Syafi'i, Abu Hanifah, Ahmad dan lainnya dari kalangan imam-imam kaum muslimin.” [Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 168-169]

Imam Al Hafizh Ibnu Ash Shalaah, imam terkenal penulis kitab Muqaddimah 'Ulumil Hadits (wafat th. 643 H); beliau ditanya tentang orang-orang yang menghalalkan nyanyian dengan rebana dan seruling, dengan tarian dan tepuk-tangan. Dan mereka menganggapnya sebagai perkara halal dan qurbah (perkara yang mendekatkan diri kepada Allah), bahkan (katanya sebagai) ibadah yang paling utama. Maka beliau menjawab: Mereka telah berdusta atas nama Allah Ta'ala. Dengan pendapat tersebut, mereka telah mengiringi orang-orang kebatinan yang menyimpang. Mereka juga menyelisihi ijma'. Barangsiapa yang menyelisihi ijma', (ia) terkena ancaman firman Allah:

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. [An Nisa:115] [4]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Dan telah diketahui secara pasti dari agama Islam, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyari'atkan kepada orang-orang shalih dan para ahli ibadah dari umat beliau, agar mereka berkumpul dan mendengarkan bait-bait yang dilagukan dengan tepuk tapak-tangan, atau pukulan dengan kayu (stik), atau rebana. Sebagaimana beliau tidak membolehkan bagi seorangpun untuk tidak mengikuti beliau, atau tidak mengikuti apa yang ada pada Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Beliau tidak membolehkan, baik dalam perkara batin, perkara lahir, untuk orang awam, atau untuk orang tertentu.” [5]

Demikianlah penjelasan kami, semoga menghilangkan kebingungan saudara. Alhamdulillah Rabbil 'alamin, washalatu wassalaamu 'ala Muhammad wa 'ala ahlihi wa shahbihi ajma'in.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VII/1420H/1999M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Lihat Mu'jamul Bida', hlm. 345-346, karya Syaikh Raid bin Shabri bin Abi ‘Ulfah; Fadh-lush Shalah 'Alan Nabi n , hlm. 20-24, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad; Minhaj Al Firqah An Najiyah, hlm. 116-122, karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu; Sifat Shalawat & Salam Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 72-73, karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat
[2]. Sejenis sya'ir berisi anjuran untuk zuhud di dunia yang dinyanyikan oleh orang-orang Shufi, dan sebagian hadirin memukul-mukulkan kayu pada bantal atau kulit sesuai dengan irama lagunya
[3]. Riwayat Ibnul Jauzi, dalam Talbis Iblis; Al Khallal dalam Amar Ma'ruf, hlm. 36; dan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah, 9/146. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 163.
[4]. Fatawa Ibnu Ash Shalah, 300-301. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 169
[5]. Majmu' Fatawa, 11/565. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 165

Tata Cara Shalat Hajjat

Sholat Hajat adalah sholat sunnah yang dilakukan karena adanya suatu hajat, keinginan atau keperluan tertentu, baik keperluan yang berhubungan dengan duniawi ataupun ukhrawi. Sholat adalah doa. Ketika seseorang ingin keinginannya dikabulkan oleh Allah swt, maka ia sholat dan berdoa. Sholat Hajat adalah sholat sunnah yang lebih dikhususkan untuk memohon kepada Allah swt agar dikabulkan segala hajat. Allah swt berfirman, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.” (QS. Al Baqarah:45)
Dalam menyempurnakan ikhtiar yang dimaksudkan untuk mencapai suatu keinginan, Insya Allah dengan melakukan sholat Hajat Allah akan mengabulkan doa dan keinginan tersebut. Doa, usaha, ikhtiar, dan tawakal adalah kewajiban umat muslim dalam menyikapi banyaknya tuntutan hidup di dunia. Dalam surat Al Baqarah:45 di atas, selain sholat kita diperintahkan juga untuk sabar. Oleh karena itu, sholat Hajat dan memohon kepada Allah dapat kita lakukan setiap hari dengan khusyuk serta tanpa rasa bosan bila keinginan itu belum dikabulkan. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian sholat dua rakaat (Sholat Hajat) dan sempurna rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat.” (HR Ahmad)
Waktu sholat Hajat tidak tertentu, namun tidak diperbolehkan mengerjakan sholat Hajat pada waktu yang dilarang seperti setelah sholat Ashar dan setelah sholat Subuh. Sholat Hajat dilakukan sendiri, tidak berjamaah. Banyaknya rakaat dalam sholat Hajat yaitu minimal dua rakaat dan maksimal sebanyak dua belas rakaat. Dalam pelaksanaanya, jika dikerjakan pada malam hari maka setiap dua rakaat sekali salam dan jika dilaksanakan pada siang hari maka boleh empat rakaat dengan sekali salam dan seterusnya.
Berikut ini tata cara sholat Hajat:

  • Niat sholat Hajat di dalam hati: Ushollii sunnatal haajati rok’aataini lillaahi ta’aala (“aku niat sholat sunah hajat karena Allah”). Lalu Takbiratul Ihram.
  • Membaca doa Iftitah, dilanjutkan dengan surat Al Fatihah kemudian membaca salah satu surat di dalam Al Quran.
  • Ruku’ sambil membaca Tasbih tiga kali
  • I’tidal sambil membaca bacaannya
  • Sujud yang pertama sambil membaca Tasbih tiga kali
  • Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya
  • Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali
  • Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir, setelah selesai maka membaca salam dua kali. Jika dilaksakan sebanyak empat rakaat dengan satu salam maka setelah dua rakaat langsung berdiri tanpa memakai Tasyahhud awal, kemudian lanjutkan rakaat ketiga dan keempat, lalu Tasyhhud akhir setelah selesai membaca salam dua kali.
  • Setelah selesai sholat Hajat bacalah dzikir yang mudah dan berdoa sampaikan hajat yang kita inginkan kemudian mohon petunjuk kepada Allah agar tecapai segala hajatnya.
Doa setelah sholat hajat:
Laa ilaaha illallahul haliimul kariimu subhaaanallahi robbil ‘arsyil ‘azhiim. Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin. As ‘aluka muujibaari rahmatika wa ‘azaaima maghfiratika wal ghaniimata ming kulli birri wassalaamata min kulli itsmin. Laa tada’ lii dzamban illa ghafartahu walaa hamman illaa farajtahu walaa haajatan hiya laka ridhan illa qodhaitahaa yaa arhamar raahimiin.”
Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih dan Penyayang”

Amalan-amalan untuk bermimpi ketemu Nabi Muhammad saww.

Di dalam KITAB MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW (MAGHNATIS: RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW) buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi.. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar.
Diantaranya:
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf
Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad
Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur
Al-Habib Hasyim Al-Idrus
Al-Habib Abdul Qadir Jilani bin Salim Al-Khird
As-Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaff
As-Sayyid Ali bin Abdullah bin Husein Asseqqaf
As-Sayyid Muhammad bin said bin Al-Baidh
As-Syekh Husein Shaleh Al-Masibily
As-Syekh Abdur Rahiim Syekh Ali Musa
As-Syekh Abdullah Sirajuddin
As-Syekh Musa Abduh Yusuf
As-Syekh Shaleh Al-Syekh Al-Abbassy
As-Syekh Ahmad Al-Badawi bin Usman Al-Barawy
Beliau-beliau diatas menyatakan bahwa Kitab ini MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL, adalah satu kitab yang terjamin ke shahihannya dan berdasarkan dalil yang kuat juga dari Ijazah yang bersambung secara berantai sanadnya. Merupakan pedoman bagi para Muhibbin yang bercita- cita untuk dapat bertemu dengan Junjungan Yang Mulia Sayyidina wa Habibina wa Maulana Rasulullah Muhammad bin Abdillah SAW.
Perangkum kitab ini merangkumnya kedalam tiga bahasan pokok dalam merajut kecintaan dan menjalin keterpautan hati kepada Nabi SAW secara sistematis dan proporsional berdasarkan Al- Qur’an, As-Sunnah, dan wacana para salaf dan khalaf melalui pengamalan sholawat. Perjumpaan yang dimaksud adalah dengan melalui mimpi dan diharapkan berlanjut ke alam nyata.
Mimpi merupakan yang pertama nampak dari wahyu kenabian kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya pada bahasan Ta’bir dan oleh Muslim pada bahasan Al-Imam (hadist no: 252). Kata RU’YAH digunakan untuk mimpi yang disukai, sedangkan kata HULUM untuk mimpi yang tidak disukai. Terkadang kata Ru’yah digunakan untuk keduanya. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim pada bahasan itu- dari Abu Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda: “ Ru’yah yang benar berasal dari Allah dan Hulum yang buruk berasal dari Syetan.”
Sayyid Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ra pernah ditanya tentang Ru’yah dan beliau mengatakan, ”Mimpi adalah bagian dari kenabian dan memiliki alam tersendiri, malah mimpi merupakan dinding pemisah antara kasyf yang bersifat bathin dengan kesadaran (yagdhah) yang bersifat zhohir”. Kewalian biasanya diawali dengan mimpi sebagaimana yang di awali oleh Rasulullah SAW pada awal kenabian. Namun tidak setiap mimpi yang diawali oleh seseorang bersifat demikian.
Orang yang suka mencampur adukkan yang haq dengan yang batil kecil kemungkinannya untuk mendapatkan mimpi yang benar (Shidig).
Syarat bermimpi yang benar adalah bersikap jujur dan menjauhkan diri dari khayalan-khayalan buruk.
Allah memuliakan para pecinta Nabinya dengan kemampuan melihat Rasulullah SAW ketika tidur sebagai perwujudan dari mengutamakan dan memuliakan beliau SAW adalah pangkat yang paling agung yang didambakan dan diharapkan oleh setiap insan yang mencintai beliau.
Sesuai dengan sabda Nabi SAW,”Tidak beriman (dengan sempurna) satu diantara kamu, sehingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan setiap manusia.”
Setelah Allah menganugerahi para pecinta dengan kemampuan melihat Nabi-NYA SAW dikala tidur, kedudukan mereka menjadi tinggi dengan memperbanyak bacaan sholawat dan salam sambil mengikuti jejak beliau yang sempurna, sehingga Allah Yang Maha Mulia memberi mereka keutamaan.
Mereka mampu melihat beliau dan berkumpul bersama beliau dalam keadaan terjaga. Itulah yang termasuk pangkat yang tinggi dan derajat yang agung.
Sebagaimana sabda beliau SAW, ”Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur maka dia benar-benar melihat aku, karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai aku”. (Sungguh benar Nabi SAW yang benar dan dibenarkan).
Setelah itu beliau memberi kabar gembira kepada kita: “Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga atau (dia seakan-akan melihat aku di waktu terjaga) setan tidak dapat menyerupai aku”. (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Diantara syarat-syarat Mahabbah kepada Rasul SAW adalah:
Taqwa dan Istiqomah yang sempurna. Karena merupakan azaz yang kokoh dalam semua amal ibadah disamping niat yang benar dengan ikhlas.
Didalam mengikuti jejak rasul SAW ada 3 faedah yang besar dan agung:
* Dicintai Oleh Allah SWT.
* Taat kepada Rasulullah SAW.
* Diampuni dosa-dosanya.
Tersebut didalam kitab Mafatihul Mafatih: Barangsiapa bisa bermimpi melihat Rasulullah SAW dikala tidur, maka dia akan mendapatkan Husnul Khotimah dan syafaat beliau, mendapatkan surga dan Allah mengampuninya serta kedua orang tuanya- jika keduanya muslim. Dia termasuk yang mengkhatamkan Qur’an sebanyak 12 kali, sakaratul maut terasa ringan baginya, siksa kubur dihilangkan dari padanya, diselamatkan dari kesulitan da hari kiamat dan tercapai hajatnya didunia dan akhirat dengan kasih sayang dan karunia-NYA.
Ketahuilah bahwasanya mimpi melihat beliau SAW adalah Haq. Mimpi adalah suatu keterbukaan yang tidak bisa terjadi kecuali dengan hilangnya penutup / Hijab dari hati.Oleh karena itu tidak bisa dipercaya kecuali mimpi seseorang laki-laki shaleh dan benar ucapannya. Adapun orang yang banyak kebohongannya, tidaklah benar mimpinya. Orang yang banyak kerusakan dan perbuatan maksiatnya akan gelap hatinya, sehingga apa yang dilihatnya adalah bunga-bunga tidur.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang diberi Taufiq oleh Allah SWT dan dimuliakan dengan melihat Nabi SAW, terkadang dia melihat beliau dalam bentuk-bentuk yang banyak. Hal ini kembali kepada perilaku orang yang melihat beliau, karena perobahan tingkah lakunya, istiqomahnya, dan khaufnya kepada Allah, disertai cara-cara menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan benar. Apabila amalan orang yang melihat Rasul SAW baik, maka baik pula baginya bentuk dan rupa beliau. Terkadang beliau nampak dengan sifat-sifat yang dimilikinya, kendatipun demikian beliau diatas segala sifat-sifat itu dari kebagusan, kesempurnaan, kedermawanan, cahaya dan rahasia beliau yang merupakan sifat-sifat Mulia yang tidak diketahui kecuali Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.
Orang yang berkeinginan untuk melihat Rasulullah SAW wajib menambah:
1. Sikap merendahkan diri kepada Allah SWT.
2. Beradab bersama Rasulullah SAW.
3. Memandang sesuatu sesuai yang disenangi dan di Ridhai Oleh Allah dan Rasul-NYA.
4. Menjauhi semua tempat yang tidak di Ridhai oleh Allah dan Rasul-NYA.
Dan berikut ini adalah contoh beberapa faedah untuk tujuan yang dimaksud, maka bangun dan berjuanglah, ambillah dia untukmu dan semoga kita dapat menyaksikan Ke Maha Murahan dan Ke Maha Agungan Allah yang Maha Penolong dan pemberi Taufiq.
Faedah beberapa surah di dalam Al-Qur’an untuk tujuan berjumpa (Mimpi) kepada Rasulullah SAW.
1. Surah Al-Kautsar.
Barangsiapa membacanya dimalam hari 1.000 kali, maka dia akan bermimpi melihat Nabi SAW. (Mujarab Shahih)
2. Surah Al-Muzammil.
Barangsiapa ingin melihat Nabi SAW maka bacalah surah itu sebanyak 41 kali. Maka dia pasti akan melihat beliau SAW. (Mujarab shohih)
3. Surah Al-Qodr.
Dibaca pada malam jum’at 1.000 kali maka dia tidak akan mati sebelum melihat Nabi SAW. (Mujarab)
4. Surah Al- Qurays.
Dibaca malam jum’at 1.000 kali, kemudian tidur dalam keadaan suci maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya dan tercapai maksud serta tujuannya. (Mujarab)
5. Surah Al-Ikhlas.
Riwayat Ibnu Abbas: Dibaca malam hari 1.000 kali, maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya. (Mujarab)
Dibagian lain Ibnu Abbas menerangkan: “Barangsiapa yang melaksanakan sholat dua rakaat pada malam jum’at, pada setiap rakaatnya setelah fatehah membaca Surah Al-Ikhlas 25 kali setelah itu ba’da sholat membaca sholawat dengan sighat ini:
Shollallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummi. 1.000 kali.
Maka tidak akan sempurna jum’at yang akan datang kecuali dia melihat Nabi SAW diwaktu tidurnya. Jika dia dapat melihat Nabi SAW maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. (Mujarab Shohih)
Faedah beberapa sholawat pendek An-Nabi SAW.
1. Sholawat Nur.
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma innii as-aluka bi nuuril anwaaril ladzii huwa ‘ainuka laa ghoiruka an turiyanii wajha nabiyyika sayyidinaa Muhammadin sholallahu ‘alaihi wa aalihi wassallama kamaa Huwa ‘indaka.
Sighat sholawat tersebut dibaca 100 kali. (Ini Mujarab)
2. Sholawat Ummi.
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummi. 1.000 kali.
Caranya: Sholat sunah dua rakaat pada malam jum’at. Dalam setiap rakaatnya membaca ba’da al-fatehah: Ayat Qursy.1x dan Surah Al-Ikhlas 15 kali. Setelah salam membaca sholawat tersebut diatas 1.000 kali. (Mujarab)
3. Sholawat Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra..
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rasuulikan nabiyyil ummi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallim. 500 kali.
Berkata Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra: “Barang siapa membaca secara rutin sighat sholawat tersebut dalam sehari semalam sebanyak 500 x, maka dia tidak akan mati sebelum berkumpul bersama Nabi SAW dialam nyata (terjaga).” Syekh Yusuf An- Nabhani menambahkan dan menerangkan: Apabila sholawat tersebut berfaedah untuk melihat Nabi SAW dialam nyata, tentunya sholawat tersebut lebih berfaedah lagi untuk melihat beliau didalam tidur”. (Ini Mujarab)
4. Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib Asy-Syadzily Ra..
Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang agung. Beliau berkata, ”Saya pernah melihat Rasulullah SAW didalam tidur, lalu beliau SAW berkata kepadaku “Bacalah olehmu ketika hendak tidur…
Bismillahir rahmanir rahiim. 5x
A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x
Allaahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalaan wa maalaan. 5x
Artinya: Yaa Allah dengan kebenaran Nabi Muhammad saw. perlihatkanlah kepada saya wajha Nabi Muhammad saw. sekarang dan nanti (diakhirat).
Apabila engkau membacanya ketika hendak tidur, maka aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali.“
Lalu beliau menuturkan “alangkah indahnya bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau menambahinya dengan bacaan sholawat dan salam kepada Nabi SAW”. (Ini Mujarab Shohih).
5. Sholawat Rahmat.
Penulis kitab ini Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh ijazah dari Guru beliau Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith- dan beliau berkata: “Sesungguhnya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy Ra berkata: “Barang siapa banyak membaca sighat sholawat yang berkah ini maka dia akan melihat An-Nabi SAW”.
Inilah sighat sholawat yang dimaksud:
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli wa sallim ’alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad miftaahi baabi rohmaatillah, ‘adada maafii ‘ilmillah, sholaatan wa salaaman daa-imaini bidawamii mulkillah”.
Dan beliau- Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh sighat sholawat yang sama dari Al-Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syatthiri diawal perjumpaan beliau di Raudhah yang mulia di Masjid Madinah Al-Munawarrah.
Tambahan dari alfaqir:
* Barangsiapa membaca shalawat ruhi ini minimal 100x setiap harinya dan pada malam jum’at 1000x maka ia akan bermimpi ketemu Nabi Muhammad.
اللهم صل على روح سيدنا محمد فى الارواح, و على جسده فى الاجساد, و على قبره فى القبور
Allaahumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidinaa muhammadin fil- arwaahi, wa ‘alaa jasadihi fil-ajsaadi, wa ‘alaa qobrihi fil- qubuuri.
Artinya: Yaa Allah limpahkanlah shalawat kepada ruh sayyidina Muhammad di alam ruh, kepada jasadnya di alam jasad dan kepada kuburnya di alam kubur”.
Imam Syarany berkata: “Nabi Muhammad telah bersabda: barangsiapa mengucapkan shalawat atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini (shalawat ruhi di atas), maka ia akan melihatku di dalam mimpi, barangsiapa melihatku didalam mimpinya maka ia akan melihatku di Hari Kiamat, barangsiapa melihatku di Hari Kiamat maka aku akan memberikan syafaat, dan barangsiapa yang aku beri syafaat niscaya ia akan meminum dari telagaku dan diharamkan Allah jasadnya dari neraka”.
* Juga dikatakan barangsiapa membaca syair burdah pada bait ke 8 ini:
والحب يعترض اللذات بالالم نعم سرى طيف من اهوى فارقني
Na’am saroo’ thoifu man ahwaa’ fa-arroqonii * wal-hubbu ya’taridhul-ladzaati bil-alami.
Artinya: “Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga. Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita”.
Diamalkan setelah habis sholat isya sebanyak-banyaknya dengan penuh kerinduan dengan Nabi Muhammad saww. dan sampai ia tertidur maka Insya Allah ia akan bermimpi ketemu Nabi Muhammad saww.
* Amalan ini saya dapat dari Al-Habib Ahmad bin Novel Bin Jindan untuk dapat bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saww., amalan ini dibaca 300x sebelum tidur.
Ini amalannya:
ليته خصني برؤية وجه زال عن كل من رآه الشقاء
Laitahu khoshshinii biru’yati wajhin zaala ‘an kulli man ro- aahusy-syaqoo’u. 300 kali.
* Amalan shalawat ini juga dikatakan bisa untuk bermimpi ketemu Nabi saww. bila dibacanya, shalawat ini dibaca 100x yang sebelumnya mengerjakan sholat sunnah 2 roka’at.
Ini shalawatnya:
يا نور النور يا مدبر الامور بلغ عني روح سيدنا محمد و ارواح آل سيدنا محمد تحية و سلاما
Yaa nuuran-nuuri yaa mudabbirol-umuuri balligh ‘annii ruuha sayyidinaa muhammadin wa arwaaha aali sayyidinaa muhammadin tahiyyatan wa salaaman.
Artinya: “Ya Allah sumber pancaran nur, Ya Allah Tuhan yang mengatur semua perkara, semoga Engkau sampaikan daripadaku salam dan tahiyat kepada Ruh Nabi Muhammad saww. dan ruh keluarga Nabi Muhammad saww”. 100 kali.
Hadits-hadits berkenaan dengan mimpi ketemu Nabi Muhammad saww.
حَدََّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقَظَةِ وَلَا يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِي قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ إِذَا رَآهُ فِي صُورَتِهِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan telah mengabarkan kepada kami Abdullah dari Yunus dari Az Zuhri telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, bahwasanya Abu Hurairah mengatakan, aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melihatku dalam tidur, maka (seakan-akan) ia melihatku ketika terjaga, (karena) setan tidak bisa menyerupaiku.” Abu Abdullah mengatakan, Ibnu Sirin mengatakan; ‘Maksudnya jika melihat beliau dengan bentuk (asli) beliau.’ (HR. Bukhori No. 6478, Ibnu Majah No.3895)
حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُخْتَارٍ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَخَيَّلُ بِي وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Telah menceritakan kepada kami Mu’allaa bin Asad telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Mukhtar telah menceritakan kepada kami Tsabit Al Bunani dari Anas radliallahu ‘anhu mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa melihatku dalam mimpi, berarti ia telah melihatku, sebab setan tidak bisa menjelma sepertiku, dan mimpi seorang mukmin adalah sebagian dari empat puluh enam bagian kenabian.” (HR. Bukhori No.6479)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنِي ابْنُ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَكَوَّنُنِي
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits telah menceritakan kepadaku Ibnul Al Had dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa’id Al Khudzri, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melihatku, berarti ia telah melihat yang sebenarnya, sebab setan tak bisa menjelma sepertiku.” (HR. Bukhori No.6482)
حَدََّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْعَتَكِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ زَيْدٍ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ وَهِشَامٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِي
Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi’ Sulaiman bin Dawud Al ‘Ataki; Telah menceritakan kepada kami Hammad yaitu Ibnu Zaid; Telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa bermimpi melihatku dalam tidurnya, maka sesungguhnya dia benar-benar melihatku; karena setan itu tidak dapat menyerupai bentukku.” (HR. Muslim No.4206)
حَدََّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِي وَقَالَ ابْنُ فُضَيْلٍ مَرَّةً يَتَخَيَّلُ بِي فَإِنَّ رُؤْيَا الْعَبْدِ الْمُؤْمِنِ الصَّادِقَةَ الصَّالِحَةَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail telah menceritakan kepada kami ‘Ashim bin Kulaib dari bapaknya dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa melihatku di dalam mimpi sungguh dia telah melihatku (yang sebenarnya), karena sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai aku” -Ibnu fidloil berkata: “menghayalkan aku-, Sesungguhnya mimpi seorang mukmin yang benar adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian kenabian.” (HR. Ahmad No.6871, At-Tirmidzi No.2202)
Dan masih banyak dalil-dalil lainnya tentang kebenaran seseorang dapat bermimpi ketemu Nabi Muhammad saww.
Alfaqir ijazahkan amalan-amalan ini bagi siapa saja yang mau mengamalkan amalan-amalan ini.. :)

Mimpi Bertemu Nabi?



Pertanyaan:
Terdapat hadits dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
من رآني في منامه؛ فقد رآني حقًا؛ فإنَّ الشيطان لا يتمثل بي
Siapa saja yang melihatku di mimpinya, ia telah benar-benar melihatku. Karena syaithan tidak bisa menyerupai diriku.
Sebagian orang mengaku-ngaku bahwa ia didatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam mimpinya. Lalu ia mengaku diajari sebuah wirid oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, dan wirid tersebut ia ajarkan kepada orang-orang. Berulang kali ia lakukan hal tersebut. Hal ini tentu menafikan ayat yang mulia:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan Ku sempurnakan nikmat Islam bagi kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Qs. Al Ma’idah: 3)
Bagaimana sikap kita? Kita harus percaya atau tidak?

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:
Bertemu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam mimpi itu memang mungkin. Hadits tentang hal ini adalah hadits yang shahih. Namun hal ini tentu saja hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengenal bentuk fisik beliau shallallahu’alaihi wa sallam.
Syaithan tidak bisa menyerupai bentuk fisik dan kepribadian Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, sehingga orang yang memang betul-betul mengenal bentuk fisik Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan dapat mengetahui perbedaan ciri beliau dengan orang lain, orang ini bisa saja bertemu beliau di dalam mimpi.
Sedangkan orang yang tidak pernah mengenal bentuk fisik Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan tidak mengetahui perbedaan ciri pribadi beliau yang mulia dengan orang lain, terkadang syaithan lah yang mendatanginya lalu mengaku sebagai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu syaithan tersebut pun membuatnya tersesat dari ajaran agama. Oleh karena itu, permasalahan ini tidak dapat digeneralisir.
Kemudian masalah yang kedua, yaitu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan wirid kepada orang yang bermimpi tersebut, sebagaimana diketahui oleh penanya, ini perkara batil. Penambahan ajaran syariat telah selesai dengan wafatnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan Ku sempurnakan nikmat Islam bagi kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Qs. Al Ma’idah: 3)
Tidak ada ajaran agama yang datang setelah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam wafat, tidak ada penambahan pada ajaran Islam yang telah ada sebelum beliau wafat. Baik berupa wirid maupun yang lainnya. Waspadalah terhadap keyakinan seperti ini!
(Diterjemahkan oleh Yulian Purnama dari Muntaqa Fatawa Shalih Fauzan Al Fauzan, Jilid 1, fatwa no.36)

13 Waktu untuk Bershalawat

Bismillah,
Secara umum, shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua,
Pertama, shalawat mutlak
Itulah shalawat yang dikerjakan di setiap kesempatan, tanpa batas waktu dan tempat tertentu. Kita dianjurkan untuk banyak membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang Allah firmankan,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam untuknya.” (Qs. Al- Ahzab: 56).
Semakin banyak shalawat yang kita lantunkan, sebakin besar peluang untuk mendapat keistimewaan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda,
أولَى الناسِ بِيْ يوم القيامة أكثرُهم عليَّ صلاةً
“Orang yang paling dekat dariku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, dan dihasankan Al-Albani)
Kedua, shalawat muqayad
Itulah shalawat yang dikerjakan pada kesempatan khusus, baik dikerjakan pada waktu tertentu atau ketika melakukan amal tertentu. Ada sekitar 15 keadaan, dimana kita dianjurkan untuk membaca shalawat:
  • Ketika tasyahud awal atau akhir
Shalawat pada saat tasyahud awal hukumnya dianjurkan, sedangkan ketika tasyahud akhir hukumnya wajib. Dari Ka’ab bin Ujrah, bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tata cara shalawat ketika shalat. Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah:
اللَّهُّم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صلَّيْتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللَّهُّم بارِكْ على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد
“Ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas.” (Muttafaqun ‘alaihi)
  • Ketika selesai adzan
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوامِثْلَ مَا يَقُولُ ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemduian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim)
  • Ketika hari jumat
Sejak malam hari jumat, sampai selesai siang hari jumat, kita dianjurkan memperbanyak membaca shalawat.
Dari Aus bin Aus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ …. فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ
“Sesungguhnya hari yang paling mulia adalah hari jumat. Pada hari ini, Adam diciptakan… karena itu, perbanyaklah membaca shalawat untukku. Karena shalawat kalian ditunjukkan kepadaku.” (HR. Nasa’I, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan Al-Albani)
  • Setiap pagi dan sore
Setiap pagi dan sore, kita dianjurkan membaca shalawat minimal 10 kali.
Dari Abu Darda’ radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من صلى على حين يصبح عشرًا و حين يمسي عشرًا ، أدركته شفاعتي يوم القيامة
“Barangsiapa yang memberikan shalawat kepadaku ketika subuh 10 kali dan ketika sore 10 kali maka dia akan mendapat syafaatku pada hari qiyamat.” (HR. At Thabrani dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’).
  • Ketika di Majlis
Ketika kita kumpul bersama banyak orang untuk memperbincangkan sesuatu, jangan lupa diselai dengan shalawat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ، وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Jika ada sekelompok kaum yang duduk bersama dan tidak mengingat Allah serta tidak memberi shalawat kepada nabi mereka maka itu akan menjadi bahan penyesalan baginya. Jika Allah berkehendak, Allah akan menghukum mereka, dan jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni mereka.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan dishahih Syuaib Al-Arnauth).
  • Ketika menyebut Nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ketika menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mendengar nama atau gelar beliau disebut, kita dianjurkan untuk membaca shalawat. Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Celakalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR. turmudzi, dan dinilai hasan sahih oleh Al-Albani)
Dari Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ، ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang yang bakhil adalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bersjalawat untukku.” (HR. Ahmad dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
  • Ketika berdoa
Mulailah doa anda dengan memuji Allah dan bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan harapan, doa anda bisa mustajab.
Umar bin Khattab mengatakan,
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
“Sesungguhnya doa itu terkatung-katung antara langit dan bumi, dan tidak bisa naik, sampai dibacakan shalawat untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Turmudzi dan dihasankan Al-Albani).
Dari Ahmad bin Abi Hawari, bahwa beliau mendengnar Abu Sulaiman Ad-Darani menasehatkan,
من أراد أن يسأل الله حاجته فليبدأ بالصلاة على النبي وليسأل حاجته وليختم بالصلاة على النبي فإن الصلاة على النبي مقبولة والله أكرم أن يرد ما بينهما
Siapa yang ingin memohon kepada Allah sesuatu, hendaknya dia mulai dengan bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian baru mengajukan doanya. Dan akhiri juga dengan shalawat untuk beliau. Karena shalawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam statusnya maqbul, dan Allah Maha Pemurah, sehingga tidak akan menolak doa yang dibaca di antara dua shalawat.
  • Ketika masuk dan keluar masjid
Doa ini dibaca bersamaan dengan doa masuk masjid.
Dari Abu Usaid radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيُسَلِّمْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ ، فَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
“Apabila kalian masuk masjid maka berilah salam untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian baca: Allahummaf-tahlii abwaaba rahmatik. Dan ketika dia keluar, hendaknya dia membaca: Allahumma inni as-aluka min fadhlik.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).
Dari Fatimah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ المَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ، وَقَالَ: «رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk masjid, beliau membaca shalawat dan salam untuk Muhammad, kemudian beliau berdoa: Rabbigh fir-lii dzunuubi…” (HR. Turmudzi dan dishahihkan Al-Albani).
  • Takbir kedua ketika shalat jenazah
Shalawat disyariatkan untuk dibaca ketka takbir kedua shalat jenazah. Imam As-Sya’bi mengatakan,
أول تكبيرة من الصلاة على الجنازة ثناء على الله عز وجل والثانية صلاة على النبي صلى الله عليه وسلم والثالثة دعاء للميت والرابعة السلام
“Takbir pertama shalat jenazah adalah memuji Allah. Takbir kedua bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. takbir ketiga doa untuk jenazah, dan takbir keempat salam.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).
  • Ketika berada di Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Abdullah bin Dinar mengatakan,
رأيت عبدالله بن عمر يقف على قبر النبي صلى الله عليه وسلم ويصلي على النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما
“Saya melihat Abdullah bin Umar berdiri di dekat kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendoakan Abu Bakr, dan Umar.” (HR. Malik dalam Al-Muwattha’ dan Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro).
  • Ketika setelah usai membaca qunut, disyariatkan diakhiri dengan membaca shalawat.
Dari Abdullah bin Harits, beliau mengatakan,
أن أبا حليمة معاذ بن الحارث كان يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم في القنوت
“Bahwa Abu Halimah, Muadz bin Harits, membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika qunut.” (Fadhl As-Shalah ‘ala An-Nabi, Ismail bin Ishaq).
  • Ketika shalat Id
Shalawat ini dibaca di setiap takbir shalat id.
Dari Alqamah, beliau mengatakan,
أن ابن مسعود وأبا موسى وحذيفة خرج عليهم الوليد بن عقبة قبل العيد يوما فقال لهم إن هذا العيد قد دنا فكيف التكبير فيه قال عبد الله تبدأ فتكبر تكبيرة تفتتح بها الصلاة وتحمد ربك وتصلي على النبي ثم تدعو وتكبر وتفعل مثل ذلك….
Beberapa sahabat, diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Hudzaifah didatangi oleh Al-Wald bin Uqbah (penguasa setempat ketika itu) sehari sebelum shalat hari raya. Al-Walid bertanya, “Hari id sudah dekat, bagaimana cara takbir di dalamnya.” Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Anda awali dengan takbiratul ihram sebagai pembuka shalat, anda puji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdoa. Lalu bertakbir lagi, dan anda lakukan seperti di atas…dst”
Hudzaifah dan Abu Musa mengatkan, “Ibnu Masud benar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).
  • Ketika meninggalkan majlis
Pada saat anda meninggalkan majlis perbincangan anda, bacalah shalawat.
Dari Utsman bin Umar, beliau mengatakan,
سمعت سفيان بن سعيد ما لا احصي إذا اراد القيام يقول صلى الله وملائكته على محمد وعلى انبياء الله وملائكته
Aku mendengar Sufyan bin Said berkali-kali sampai tidak bisa kuhitung, setiap beliau hendak meninggalkan majlis, beliau membaca: “Semoga shalawat Allah dan para malaikatnya tercurah untuk Muhammad dan kepada para nabi Allah dan malaikatnya.”

Meditasi 21 Hari Sholawat Nariyah (Meditasi Salam 4444)

Meditasi 21 Hari Sholawat Nariyah (Meditasi Salam 4444)

DAMAIKAN BUMI DENGAN GETARAN SHOLAWAT...

Pengumuman :
Bersama ini kami umumkan bahwa event MEDITASI SALAM 4444 (Sholawat Nariyah) kami buka kembali. Dan berlangsung mulai tgl. 1 April 2013 s/d 21 April 2013. Atau selama 21 hari.

Event ini terbuka untuk umum bagi siapa saja yg berminat. Undang keajaiban dalam hidup anda dg memperbanyak sholawat. Dan lipat gandakan keajaiban itu dg mengajak teman dan sahabat anda bergabung dalam event ini..

"SALAM 4444"
Adalah kode untuk Medan Energi Sholawat Nariyah dengan tingkat getaran 4.444 Kuantum Energi.

Syeih Sanusi berkata: “ Barangsiapa secara rutin membaca shalawat ini setiap hari sebanyak 11 kali maka Allah swt akan menurunkan rezekinya dari langit dan mengeluarkannya dari bumi serta mengikutinya dari belakang meski tidak dikehendakinya”

Berikut ini adalah bacaan shalawat nariyah:

"Allohumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman Taamman 'ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu. Wa tuqdho bihil hawaa iju wa tunnaa lu bihir roghoo 'ibu wa husnul khowatimi wa yustasqol ghomaamu biwaj hihil kariim wa 'ala aalihi washohbihi fii kulli lamhatin wa nafasim bi 'adadi kulli ma'luu mi laka"

"Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab (syafa'at) beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan, serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia, hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau."

Prosedur Tata Cara :
  • Silahkan baca sholawat Nariyah 11 kali.
  • Kemudian lanjutkan dengan meditasi hening atau meditasi visualisasi hajat, selama 15 menit.
  • Lakukan setiap anda on line selama 21 hari mulai hari ini.
  • Insya Allah, medan energi pribadi kita akan senantiasa selaras dengan medan energi sholawat Nariyah 4444. Dan apapun Hajat & permasalahan kita akan segera mendapat pertolongan dari Allah swt.
Makna sholawat Nariyah dalam pemahaman ilmu kami adalah sebagai sebuah programming Doa Untuk mengakses Cahaya Ilahi dg sempurna selama 24 jam penuh. Di dalamnya terkandung makna sebagai berikut :
1. Channeling atau terhubung dan menyelaraskan diri dg Nuurun 'ala Nuurin. ► Nur Allah & Nur Muhammad.

2. Affirmasi Doa yang lengkap meliputi Solusi dari segala permasalahan & kesulitan hidup, permohonan untuk terkabulnya segala cita-cita & impian, Akhir Hidup yang baik (khusnul Khotimah), Dan Rejeki yang melimpah.

3. Programming Energy Doa.
Yaitu energi Doa dalam sholawat ini diprogram untuk terus menerus mengalir selaras dengan setiap detik waktu dalam hidup kita, dan di setiap helaan nafas kita. Artinya, walau sholawat ini secara lisan sudah tidak kita baca. namun di setiap detik waktu yg berlalu dalam diri kita, juga di setiap helaan nafas kita. maka doa ini terus menerus bekerja di alam bawah sadar kita.....

Dan akhirnya setiap tarikan dan hembusan nafas kita menjadi bernilai sebuah lantunan sholawat, bila sholawat ini telah meresap secara utuh ke dalam bathin kita.....

Subhanallah Walhamdulillah Allahu Akbar.....Maha Suci Dan Maha Besar Allah yang menciptakan Alam semesta ini dalam sebuah ketetapan hukum-hukumNya. Dan beruntunglah manusia yang diberikan Hikmah oleh Allah sehingga dapat mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini.....

PANDUAN LENGKAP MEDITASI SALAM 4444

Tempat & Waktu :
  • Dilaksanakan di tempat anda masing-masing dengan waktu yang fleksible, di sesuaikan dengan waktu anda masing-masing. Selama 21 hari.
  • Meditasi minimal di lakukan sehari sekali dan maksimal 7 kali meditasi dalam sehari selama 21 hari.
  • Bagi yang terlambat menerima informasi ini, boleh di mulai hari itu juga, dan dilanjutkan selama 21 hari sampai selesai.
  • Bagi yang kesulitan untuk istiqomah tiap hari, maka boleh tidak urut/rutin tiap hari, yang terpenting total di lakukan selama 21 hari.
Sebelum meditasi, baca sholawat Nariyah 11 kali dan resapi makna bacaan sholawat tersebut. Saat membaca sholawat ini, bila anda belum hafal, boleh sambil membaca tulisannya.

Kemudian baca affirmasi ini : "Bismillahirrohmanirrohim, Aku Niat melaksanakan meditasi "SALAM 4444" terjadilah dengan sempurna dengan seizin Allah swt."

TATA CARA MEDITASI SALAM 4444 :
  • Silahkan ambil posisi yang paling nyaman untuk anda, bisa sambil duduk di atas kursi, ataupun duduk bersila di atas lantai.
  • Tarik nafas yang panjang dengan perlahan dan hembuskan nafas dengan perlahan, lakukan senyaman mungkin dan seeRileeks mungkin. lakukan 3 kali...
  • Pejamkan Mata anda.. Dan rasakan rileksasi yang ada di kedua kelopak mata anda...
  • Sekarang, Niatkan serta izinkan tubuh dan fikiran anda menjadi rileks....,
  • Rasakan setiap tarikan dan hembusan nafas anda membuat diri anda....semakin rileks... semakin nyaman...semakin santai.......
  • Niatkan untuk memohon kesembuhan & pemulihan diri pada Tuhan, ataupun solusi atas apapun masalah anda. Berdoalah sesuai dengan cara yang paling nyaman dan pas menurut anda sendiri.
  • Kemudian, Rasakan dan bayangkan. Di atas cakra Mahkota anda (di atas ubun-ubun) terdapat Bola Energy Cahaya Yang bersinar Terang Benderang dan cemerlang.
  • Kemudian Izinkan Cahaya Ilahi tersebut meresap ke dalam diri anda, mulai dari ubun-ubun di atas kepala anda, lalu sebarkan ke seluruh tubuh anda. Ulangi 3 kali. Dan rasakan serta bayangkan diri anda semakin terang benderang.
  • Selanjutnya, fokuskan pengamatan anda ke pernasafasan anda. Rasakan keluar masuknya udara di ujung hidung anda. dan rasakan betapa semakin lama pernafasan anda semakin perlahan dan semakin lembut, serta rasakan pula tubuh serta fikiran anda semakin rileks, hening dan jernih.....
  • Untuk sementara waktu, nikmatilah suasana hening di dalam meditasi anda tersebut....
  • Setelah di rasa cukup, biasanya ditandai dengan helaan nafas lega. Maka akhiri sesi Meditasi anda.

TERIMA KASIH, SEMOGA BERMANFAAT...